Sahabatku,
aku memang dari kampung. Kamu tahu, Nazaret namanya. Itu hanya kampung kecil. Bukan metropolit seperti Yerusalem. Di kampungku tidak banyak pesta besar. Ulang tahun tidak dirayakan secara khusus seperti sekarang ini. Pesta besar diadakan paling-paling kalau ada pernikahan. Itupun tidak selalu pesta besar, tidak sebesar pesta yang kau selenggarakan ini. Hanya orang-orang yang berada saja mampu menyelenggarakan pesta besar. Beruntunglah kamu, dilahirkan di tengah keluarga yang berada. Boleh percaya boleh tidak, aku tahu ada banyak orang kepingin (sampai kadang-kadang memimpikannya) menikmati apa yang kau nikmati. Aku senang, kendati beruntung, kamu tidak sombong dan menjadi tinggi hati.
Kamu ingat, aku pernah hadir dalam pesta pernikahan di Kana (Yoh 2:1-11). Itu salah satu pesta besar yang terjadi tidak jauh dari kampungku. Untuk orang-orang di daerahku, pesta itu memang termasuk besar. Namun rupa-rupanya terjadi salah perencanaan sehingga hidangannya kurang khan. Wah kalau kamu ikut hadir di sana, kamu pasti akan melihat kepanikan kepala pelayan yang harus bertanggungjawab. Anggur adalah hidangan penting untuk pesta-pesta di daerahku. Tamu masih terus berdatangan, sementara anggur hampir habis. Mau beli tambahan di warung terdekat, pasti tidak ada yang menyediakan begitu banyak. Ibu memintaku untuk membereskan situasi itu. Walaupun bukan waktu yang tepat bagiku untuk membuat mukjijat, karena permintaan itu dan karena kekacauan yang akan terjadi bila tidak dibereskan, aku seperti pernah kau dengar mengubah air menjadi anggur yang baik. Aku senang ibu tidak cemas lagi dan pesta dapat berjalan lancar. Nah kawan, bila ada apa-apa terjadi dalam pestamu, asal kau sebut namaku, aku akan datang membantu. Ya, aku akan selalu begitu, bukan hanya pada pesta ini, tapi juga untuk hari-harimu nanti.
Kemudian masih ada beberapa pesta lagi yang kuikuti. Konkrit bagiku, pesta adalah tempat yang paling biasa untuk mengumpulkan orang-orang. Urusanku pertama-tama adalah dengan orang-orang itu, merekalah yang kuperhatikan.
Aku pernah hadir dalam perjamuan yang diselenggarakan seorang pemungut cukai bernama Mateus (Mat 9:9-13). Mateus baru saja kupanggil untuk menjadi muridku. Dia mengundangku makan di rumahnya. Pada saat itulah datang pula para pemungut cukai dan bajingan-bajingan, yang selama ini sudah menjadi temannya. Aku tidak merasa jijik dan enggan untuk makan bersama mereka. Orang-orang Farisi, kaum ulama agama Yahudi, kemudian dengan pedas mengkritik aku. Biarlah. Yang penting menurutku adalah manusianya, bukan nama atau atribut apapun yang menempel padanya. Harga seorang manusia terletak pada pertobatannya, pada keinginannya untuk menjadi baik, persis seperti yang terjadi pada Mateus waktu itu. Oleh karena itu, tanpa berprasangka dan tanpa curiga di rumah Mateus itu aku berbicara dengan para pemungut cukai yang hadir di sana, orang-orang yang gemar memeras rakyat, juga dengan para bajingan. Dari mereka aku juga mengharapkan pertobatan.
Kawanku yang baik, aku senang bila pestamu sekaligus menjadi pesta pertobatan juga. Aku tentu tidak menyamakan kamu dengan Mateus atau para pemungut cukai dan bajingan itu. Tapi kiranya yang terjadi dalam pestamu tidak jauh berbeda. Dengan pestamu itu kamu mau membagi kebahagiaan, karena karunia hidup yang sudah boleh kau terima, karena banyak hari-hari indah yang sudah melukis perjalanan hidupmu, dan karena kini kamu masih boleh menantikan sejuta harapan yang untuk masa depan. Kebahagiaan sebesar itulah yang juga ingin dibagikan Mateus dalam perjamuannya. Dia yang selama ini dianggap masyarakat sebagai orang berdosa, -sehingga lingkungan pergaulannya pun hanya bajingan-bajingan-, tiba-tiba merasa diterima oleh orang lain dan karenanya kemudian ia mempunyai keberanian untuk memulai hidup yang baik, menjadi pengikutku. Apa yang terjadi padanya menarik perhatian teman-temannya. Mereka banyak bertanya kepadaku, apakah orang berdosa masih mempunyai harapan. Kukatakan bahwa kepada siapapun ditawarkan kesempatan untuk bertobat, memulai hidup yang baru. Tidak pernah terlambat untuk memulai. Dan kau tahu kawan, sungguh pesta di rumah Mateus itu menjadi pesta pertobatan. Pesta yang hidangan-hidangannya dilezatkan bukan oleh bumbu-bumbu mahal, tapi oleh harapan akan hidup yang lebih baik sesudahnya.
Pengalamanmu dicintai dan dikaruniai banyak anugerah indah selama hidupmu yang lalu, menjadi alasan bagimu untuk menyelenggarakan pesta. Tapi sekaligus aku juga yakin bahwa rasa syukurmu itu juga disertai oleh pertobatan, karena mungkin banyak kesempatan yang hanya datang sekali saja dalam hidupmu yang lalu, ternyata belum kamu manfaatkan untuk berbuat kebaikan dan untuk mengembangkan hidupmu.
Dalam pesta ini aku hadir dan memberimu harapan. Aku, sahabat dan Tuhanmu, masih mencintaimu dan akan tetap mencintaimu. Aku tetap memanggilmu, dan menginginkan engkau berani membangun hidup yang indah. Hidup yang diwarnai oleh mutiara-mutiara kebaikan, dan mahkota kesetiaan.
Masih mengenai pesta dan pertobatan, aku mempunyai pengalaman lain. Sebenarnya, bukan pesta seperti yang kau bayangkan. Aku diundang makan oleh Simon, seorang Farisi (Luk 7:36-50). Perjamuan makan seperti yang diadakan oleh Mateus. Entah dari mana aku tidak tahu, tiba-tiba datang kepadaku Maria Magdalena, yang namanya sudah sering kudengar. Dia pelacur kelas tinggi, ya semacam wanita panggilan untuk jaman ini. Dengan sangat ia menangis sehingga kakiku basah oleh air matanya. Wanita cantik itu, -dia betul-betul cantik sehingga pantas menjadi pelacur kelas tinggi- bersimpuh menangis di kakiku. Kulihat banyak orang yang ada di rumah itu memandangi dengan keheran-heranan. Aku tahu yang paling tersinggung dan bingung adalah Simon yang mengundangku. Orang-orang Farisi tidak pernah mau bergaul dengan wanita kotor semacam itu, najis. Jangankan rumahnya dimasuki, bertatapan di jalan saja mereka tidak mau. Aku tahu itu, tapi bagiku tetap sama: semua orang mendapat kesempatan yang sama untuk bertobat dan menjadi pengikutku. Maka, kubiarkan saja Maria menangis, mengungkapkan penyesalannya di kakiku.
Maria mengungkapkan pertobatannya dengan tulus hati. Itu yang terpenting bagiku. Tulus. Bisa kamu bayangkan: bersimpuh di kaki, menangis, menyeka tetesan air mata dengan rambut, menciumi kaki, dan meminyakinya dengan parfum yang mahal, adalah tindakan-tindakan yang sangat berarti bagi orang seperti Maria sang pelacur itu. Dia mengungkapkan ketulusan hatinya. Kau tahu khan, pertobatannya itu bukan sandiwara. Dia menjadi pengikutku yang setia sampai akhir.
Bagi Maria, apa yang dilakukan di kakiku adalah pesta pertobatan, yang dihiasi harum-haruman ketulusan hati. Sebaliknya bagi Simon si Farisi. Ia memang mengundangku untuk mengadakan perjamuan. Namun ia tidak sampai berpikir soal pertobatan, atau ketulusan hati. Malah-malah, aku diundangnya mungkin hanya untuk menambah gengsi saja. Maaf aku tidak gr, tapi waktu itu namaku memang sudah tersebar ke mana-mana.
Itulah kawan, yang penting bagiku adalah pertobatan. Dan pertobatan itu bagiku baru konkrit kalau orang mau mewujudkannya secara tulus.
Aku senang rasa syukur sudah mendorongmu untuk menyelenggarakan pesta yang tulus. Kamu ingin mengajak orang lain juga bersyukur atas hidupmu, dan atas hari-hari yang diwarnai kebaikan di masa depan. Percalah niat tulusmu akan berbuah, bagimu sendiri dan bagi orang-orang yang kausapa. Kamu pasti ingat si cebol Zakeus (Luk 19:1-10). Ketika aku bersedia ikut ke rumahnya, ia menyediakan perjamuan untuk kami semua: aku, murid-muridku, dia dan teman-temannya. Kepada semua yang hadir dengan jelas ia menunjukkan pertobatannya: dari seorang pemungut cukai yang memeras rakyat menjadi seorang penderma. Ia dengan tulus menyerahkan harta milik yang selama ini dianggapnya dewa.
Menarik ya, pesta-perjamuan yang pernah kuhadiri, semua membawa kegembiraan dan harapan baru bagi orang yang mau bertobat dengan tulus.
Kawanku yang baik, bagiku tidak soal untuk membuat mukjijat. Beberapa keping roti dan ikan bisa kugandakan untuk makan lima ribu orang (Mat 14:13-21). Aku bisa membuat pesta yang besar tanpa perlu bersusah payah. Banyak mukjijat lain dapat kulakukan untuk menunjukkan keseriusan Bapa dalam memanggil dan berusaha menyelamatkan manusia. Namun kamu tahu, manusia sering tidak mau memahaminya. Manusia sering berlaku seperti orang muda yang kaya (Mat 19:16-26). Dia memenjarakan diri dalam kekayaannya sehingga tidak mempunyai kekuatan lagi untuk mengikutiku. Aku senang karena kamu mau belajar dari pengalaman itu.
Ah maaf kawan, aku malah melantur dengan ceriteraku. Mestinya kamu sekarang ini sedang sibuk karena harus menemui banyak orang. Ya, mereka harus ditemui. Mereka adalah orang-orang yang mendukungmu. Dalam pesta ini mereka datang untuk mengungkapkan dukungan itu, mereka masih bersamamu. Dengan begitu kamu tidak perlu mencemaskan masa depanmu. Kamu didukung banyak orang. Berterima kasihlah kepada mereka.
Aku hadir di tengah-tengah pestamu pertama-tama untuk menemuimu, dan orang-orang yang hadir dalam pestamu. Aku menjabat erat tanganmu. Aku turut bersyukur atas kehadiranmu di muka bumi ini. Sungguh hanya satu sahabatku yang sepertimu, yang lahir sekian tahun lalu. Hanya satu kamu dengan segala ciri khasmu. Hanya satu kamu pula yang dengan tekun mengikutiku. Bila engkau tidak lahir, aku tidak memiliki sahabat yang seperti kamu.
Selamat berulang tahun sahabatku. Nantikanlah hari-hari yang penuh harapan. Aku akan tetap menyertaimu apapun yang akan terjadi padamu kini, nanti, dan selama-lamanya.
Oktober, 1995
aku
Yesusmu
Surat Yesus untuk yang Berulang Tahun
Rumah tanpa Dasar
Akan tetapi barang siapa mendengar perkataanKu, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya. [Luk 6:49]
Renungan
Mengikuti Yesus tidak sama berarti mau mendengar dan menuruti apa yang dikatakanNya. Kalaupun kamu hafal seluruh isi alkitab. Kalaupun kamu mengerti seluruh ajaran moral serta hukum tingkah laku yang sesuai dengan isi alkitab. Tetapi hidupmu sama sekali tidak sesuai dengan yang kamu hafal dan mengerti itu, apakah kamu pengikut Yesus? Setan mungkin lebih ahli tentang alkitab dan lebih kenal Yesus dari pada kamu.
"Setan mungkin lebih ahli tentang alkitab dan lebih kenal Yesus dari pada kamu1."
Lebih baik kamu betul-betul tahu dan mengerti satu dua kehendak Yesus tetapi kamu pakai untuk mengubah pikiran, hati, kata-kata dan tingkah lakumu. Dengan begitu kamu secara perlahan tetapi pasti meletakkan dasar yang kokoh untuk hidupmu. Selanjutnya, Roh Kudus pasti akan membantumu mengerti kehendak Yesus yang lain lagi, begitu seterusnya sampai hidupmu betul-betul kokoh.
Memang benar, kamu diselamatkan pertama-tama karena cinta kasih Yesus. Tetapi apa yang akan terjadi kalau kamu sendiri menolaknya? Bagaimana kalau hidupmu tidak hidup sebagai orang yang diselamatkan? Sia-sia bukan.
Read More......
Benih Kebaikan
Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya. (Mat 13:33)
Teman dan sahabatku, kamu harus memimpin, mengatur atau me-manage dirimu sendiri. Itu tugas pertamamu sebagai pengikutku.
Mengapa? Itulah proses kehidupan.Kamu sudah menerima didikan sejak kecil. Apa yang menurut para seniormu baik dan diperlukan untuk hidupmu, sudah banyak sekali dijejalkan dan dilatihkan. Kamu pernah menghitung berapa lama mendapat didikan untuk hidup? Setelah sekian tahun dididik, sudah yakinkah dirimu menguasai ilmu kehidupan? Mungkin kamu tidak terlalu peduli pada kehidupan yang sungguh baik. Yang kamu utamakan saat ini mungkin memastikan diri dalam karier dan bisnis. Boleh. Tapi terus terang kukatakan kepadamu, jangan berhenti hanya di situ.
Aku terlalu banyak melihat hancurnya hidup orang-orang yang hanya mengisi hidup dengan hal itu. Mereka tidak bahagia. Manusia bukan mesin atau binatang yang hanya tahu bekerja dan berjuang agar bertahan hidup. Makan dan minum, hidup yang aman dan terjamin, betul adalah kebutuhan dasar. Manusia berjerih lelah untuk memastikan itu. Tetapi cukupkah acara kehidupan hanya terisi dengan bekerja keras (dengan segala variasinya) dan menikmati hasilnya?Itulah yang terjadi pada orang-orang yang ketika terpaksa bertemu dengan dirinya sendiri di malam sepi merasa hampa. Tanpa sadar hati akan bertanya: mengapa aku tidak bahagia. Mulut pun berguman: untuk apa sebenarnya aku hidup?
Sebelum terlambat. Siapapun kamu, dengarlah kataku ini: aturlah kembali hidupmu. Bawalah dirimu setingkat lebih baik. Jangan lagi mau hidup sebagai mesin atau budak. Mulailah saat ini juga. Bagaimana caranya? Sangat mudah (oleh sebab itu aku mendesakmu untuk melakukan saat ini juga). Tebarkan ragi atau benih ke dalam hidupmu! Ikuti saja tuntunanku:1. Duduklah dengan tenang, arahkan hati kepada Bapa yang di sorga. Sadarilah Bapa penciptamu itu akan mendukung setiap langkahmu menuju kebahagiaanmu.2. Kemudian, arahkan perhatian kepada dirimu sendiri. Katakan dengan tegas: mulai saat ini aku akan menyempurnakan hidupku dengan melakukan kebaikan.
Kata-katamu itu adalah ragi. Aku dan Roh Kudus akan membantu kamu agar ragi bekerja dalam hidupmu. Kini kamu sudah mengambil satu langkah penting dalam mengatur hidupmu: menegaskan tujuan yang akan kamu capai. Selamat. Aku selalu mengasihimu. Yesus
Read More......
SURAT YESUS
Menolong yang Berdosa
Para sahabat dan muridku,
Saya dengar di Jawa ada peribahasa: aja cedhak-cedhak kebo gupak. Dalam bahasa Indonesia: jangan terlalu dekat dengan kerbau berlumpur! Peribahasa ini telah diajarkan secara turun temurun untuk memberi nasehat agar berhati-hati dalam memilih lingkungan atau teman bergaul. Pengalaman memang seringkali menegaskan kebenaran peribahasa ini. Bergaul dengan lingkungan pecandu, akhirnya tertular menjadi pecandu. Mengakrabi maling akhirnya ikut jadi pencuri. Mungkin ada teman, kenalan atau saudara kalian sendiri yang terjerumus seperti itu.
Saya dengar di Jawa ada peribahasa: aja cedhak-cedhak kebo gupak. Dalam bahasa Indonesia: jangan terlalu dekat dengan kerbau berlumpur! Peribahasa ini telah diajarkan secara turun temurun untuk memberi nasehat agar berhati-hati dalam memilih lingkungan atau teman bergaul. Pengalaman memang seringkali menegaskan kebenaran peribahasa ini. Bergaul dengan lingkungan pecandu, akhirnya tertular menjadi pecandu. Mengakrabi maling akhirnya ikut jadi pencuri. Mungkin ada teman, kenalan atau saudara kalian sendiri yang terjerumus seperti itu.
Aku bisa mengerti kritik kaum Farisi dan ahli Taurat kepadaku. Aku makan di rumah Lewi, sang pemungut cukai. Otomatis yang bersamaku adalah pemungut cukai, keluarga dan teman-temannya. Para pemungut cukai memang pendosa, begitu juga kroni-kroni mereka. Kalian tahu, mereka adalah antek penjajah Romawi yang memeras pajak dari bangsanya sendiri. Sebaliknya kaum Farisi dan ahli Taurat adalah golongan agamawan, yang sebagaimana sepanjang segala jaman otomatis menganggap diri bersih dan suci. Dalam pemikiran mereka, bergaul dengan pendosa akan mengotori kesucian diri. Mereka penganut filosofi: aja cedhak-cedhak kebo gupak juga.
Di lain pihak, kritik itu mengandung pengakuan tentang siapa diriku. Setidaknya mereka tidak memasukkan aku ke golongan kaum pendosa. Walau mereka mungkin tidak setuju dengan pengajaranku, mereka tetap menganggapku orang yang benar, seperti diri mereka sendiri. Ingatlah, itulah sisi lain dari kritik yaitu pengakuan (jadi, jangan terlalu rendah diri kalau kamu pada suatu saat menerima kritik).
Keuntungan lainnya dari kritik adalah penegasan langkahku sendiri. Kritik kaum Farisi dan ahli Taurat menegaskan bahwa aku memihak yang lemah. Kehadiranku memang untuk "memanggil orang yang berdosa". Kalian tahu, aku diutus datang ke dunia untuk menjadi juru selamat. Orang-orang yang berdosa inilah yang paling memerlukan kehadiranku. Inilah sikap Bapa juga: selalu menanti dan menyambut anak-anaknya yang hilang.
Bayangkan apa yang terjadi bila aku membatasi diri hanya datang kepada orang yang benar dan saleh. Bagaimana nasib para pendosa yang lemah itu? Siapakah yang akan menjadi penolong bagi mereka?
Yang aku minta dari kalian tidaklah banyak kalau mau mengikuti aku. Jangan berpikir aku memintamu menemui atau menggauli semua orang berdosa, untuk mempertobatkan mereka. Aku sendiri tidak bergaul dan menyelamatkan semua pendosa di lingkunganku waktu itu. Banyak yang lain tidak pernah bertemu denganku. Kita ini manusia terbatas, yang hidup dalam lingkungan terbatas juga. Lakukan yang kamu mampu di lingkunganmu dahulu. Bergaullah dengan semua orang di dekatmu. Jangan menutup diri sebagaimana orang egois yang hanya mau cari aman saja. Apa artinya hidupmu, bila hanya terus bersembunyi dan tidak melakukan apa-apa?
Bergaul dengan mereka yang berdosa memang beresiko. Tapi, itulah satu-satunya cara untuk menjadikan diri kita penolong bagi mereka. Kehadiran kita lah yang akan menjadi sumber kekuatan atau inspirasi bagi perbaikan hidup mereka.
Kalian jangan takut. Selama bersama aku dan berniat melakukan karyaku, kalian tidak akan terjerumus dalam jerat dosa mereka. Hidup luarmu mungkin akan jadi kotor, seperti tersenggol kerbau berlepotan lumpur. Tapi hidup jiwa dan batinmu akan tetap bersih. Roh kudusku akan melindungimu. Api sucinya akan membakar setiap kotoran di tubuhmu, sehingga kamu tetap bersih dan sehat.
Saat ini, aku tahu, di lingkunganmu sendiri ada satu dua orang yang sedang hidup dalam kesulitan dosa. Marilah bersamaku, pergi kepada mereka. Jeritan pedih jiwa mereka sangat menyayat hati. Bukankah kalian mendengarnya juga? Salam dariku Yesus (Berdasar Mrk 2:13-17)
Surat Yesus
Iman Menyelamatkan Kamu (Mrk 5:21-43)
Para sahabat dan muridku,
melalui peristiwa penyembuhan seorang perempuan yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan dan penyembuhan anak Yairus, kepala rumah ibadat, aku ingin menegaskan: imanmu menyelamatkanmu! Keselamatan yang kukerjakan berwujud pembebasan mereka dari derita. Iman telah menyelamatkan mereka. Iman yang sama pasti akan menyelamatkanmu juga.
melalui peristiwa penyembuhan seorang perempuan yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan dan penyembuhan anak Yairus, kepala rumah ibadat, aku ingin menegaskan: imanmu menyelamatkanmu! Keselamatan yang kukerjakan berwujud pembebasan mereka dari derita. Iman telah menyelamatkan mereka. Iman yang sama pasti akan menyelamatkanmu juga.
Aku ingin kalian memperhatikan yang dialami si wanita malang. Tanpa sepengetahuanku, dari belakang dia menjamah jubahku. Tentu aku tidak melihatnya. Aku hanya merasa ada kuasa yang keluar. Kejadian ini menegaskan bahwa penyelamatan terjadi secara otomatis bagi siapapun yang beriman. Aku bukan Tuhan yang kikir, tetapi pemurah. Keselamatan pasti menjadi milikmu, seratus persen gratis.
Kalian pasti sudah mengenal siapakah aku dan apa yang aku kehendaki terhadap kalian. Aku selalu memperjuangkan agar kalian selamat dan sejahtera. Namun kalian jangan sampai keliru. Iman pasti membawa keselamatan, tetapi tidak selalu sama wujudnya. Dalam kasus yang sedang kita bahas, jelas tergambar perbedaan wujud keselamatan yang diterima karena iman. Si wanita sakit dibebaskan dari derita karena sakit pendarahannya. Yairus, sang kepala rumah ibadat, dibebaskan dari kesedihan karena sakitnya anak perempuannya.
Keselamatan yang terjadi pada dua orang itu berhubungan langsung dengan pembebasan dari derita badan. Namun keselamatan sering kali malah tidak terwujud dalam pembebasan seperti itu. Berpikirlah sebagai orang dewasa. Hidupmu bukan hanya soal tubuh yang sehat, hidup yang serba kecukupan dan selalu berhasil. Keutuhan hidupmu menyangkut juga soal kesejahteraan jiwamu, kesehatan kehendakmu, dan kedalaman hidup batinmu.
Percayalah, aku selalu mengetahui apa yang paling kau perlukan, terutama untuk menyelamatkanmu. Yang penting, tetaplah berjuang memajukan imanmu. Dunia modern saat ini yang sangat sekuler dan penuh hawa materialisme mungkin membuat kalian putus asa. Namun, kalian jangan lupa, aku terus bekerja. Aku tetap hadir. Roh Kudusku tetap berhembus di setiap udara yang kalian hisap.
Memang tidak lagi semudah si wanita sakit atau Yairus yang dengan terang dapat melihat dan mendengar aku. Dengan usaha yang lebih keras, kalian tetap bisa melihat dan mendengarkan aku. Biarlah mata dan telingamu tetap terbuka terhadap kehadiranku. Jangan biarkan inderamu menjadi liar, hanya mencari yang menyenangkan. Latihlah, agar terbiasa menemukan aku, penyelamatmu yang sejati. Itulah cara untuk memajukan imanmu.
Aku mencintai kalian. Rahmatku selalu siap membantumu.
Read More......
Aku mencintai kalian. Rahmatku selalu siap membantumu.
Surat Yesus
Beriman Bukan Sekedar Menonton
Sahabat dan muridku,
Ketika sedang mengajar di sebuah rumah di Kapernaum, aku dibuat kaget. Waktu itu rumah penuh sesak oleh orang-orang yang tertarik pada pewartaanku. Tiba-tiba dari atap rumah diturunkan seorang lumpuh. Rupa-rupanya mereka tidak berhasil menerobos kerumunan orang yang tidak rela posisinya digeser orang lain (ketika sudah menyangkut kepentingan pribadi, bukankah ketidakpedulian semacam itu sering terjadi, termasuk kalian mungkin).
Aku tergerak oleh kerelaan orang-orang yang menggotong dan membawa orang lumpuh itu melewati atap rumah sampai ke hadapanku. Mereka orang-orang yang gigih, dan jelas penuh percaya kepadaku. Memandang mereka itu, aku melakukan karya mukjijat.
Sahabat dan muridku, aku bukan dukun atau tabib. Akulah Yesus, sang anak manusia, yang datang untuk mewartakan dan mewujudkan Kerajaan Allah. Karya penyembuhanku bukanlah pamer kuasa, tetapi tanda. Melalui penyembuhan aku sekaligus harus mewartakan sesuatu. Itulah yang kukerjakan di rumah itu.
Sahabat dan muridku,
Ketika sedang mengajar di sebuah rumah di Kapernaum, aku dibuat kaget. Waktu itu rumah penuh sesak oleh orang-orang yang tertarik pada pewartaanku. Tiba-tiba dari atap rumah diturunkan seorang lumpuh. Rupa-rupanya mereka tidak berhasil menerobos kerumunan orang yang tidak rela posisinya digeser orang lain (ketika sudah menyangkut kepentingan pribadi, bukankah ketidakpedulian semacam itu sering terjadi, termasuk kalian mungkin).
Aku tergerak oleh kerelaan orang-orang yang menggotong dan membawa orang lumpuh itu melewati atap rumah sampai ke hadapanku. Mereka orang-orang yang gigih, dan jelas penuh percaya kepadaku. Memandang mereka itu, aku melakukan karya mukjijat.
Sahabat dan muridku, aku bukan dukun atau tabib. Akulah Yesus, sang anak manusia, yang datang untuk mewartakan dan mewujudkan Kerajaan Allah. Karya penyembuhanku bukanlah pamer kuasa, tetapi tanda. Melalui penyembuhan aku sekaligus harus mewartakan sesuatu. Itulah yang kukerjakan di rumah itu.
Dengan mudah seperti kulakukan kemudian aku dapat saja langsung berkata: angkat tilammu dan berjalanlah. Orang pasti akan langsung bertepuk tangan atau bertambah kagum kepadaku. Tapi, mungkin tidak mendapat pengajaran apa-apa. Aku tambah tenar tapi yang harus kuwartakan tidak sampai ke telinga mereka.
Tentu, yang kulakukan mengejutkan mereka. Aku tidak langsung menyembuhkan orang itu. Aku malah berkata, "Hai anakku, dosamu sudah diampuni!" Para ahli taurat berpikir aku menghujat Allah, karena menurut mereka manusia tidak punya hak untuk mengampuni dosa.
Aku tidak peduli orang-orang yang menunggu aku mengulurkan tangan untuk segera menyembuhkan, karena mereka hanya senang menonton pertunjukkan tabib ajaib. Aku juga tidak takut dicap sebagai penghujat. Yang penting, kebenaran harus segera diwartakan. Orang-orang harus tahu bahwa di tengah-tengah mereka hadir Sang Anak Manusia yang berkuasa mengampuni dosa. Mereka tidak boleh lagi hanya menjadi penonton karya agung Allah, tetapi harus mulai memutuskan terlibat di dalamnya. Itulah proses beriman: berani memilih untuk memihak pada kehendak Allah.
Aku harap jelas bagi kalian apa yang kulakukan dan kukatakan pada peristiwa itu. Memang, menjadi penonton enak dan gampang. Tapi ingatlah, Bapa memanggil kalian untuk menjadi anak-anaknya, bukan tetangga atau orang yang sekedar lewat. Coba kalian teliti lagi hidup beriman kalian: lebih cenderung menyerupai orang-orang yang berkerumun di rumah itu, para pengusung tilam si lumpuh, para ahli taurat, atau seperti yang kuharapkan.
Sahabat dan muridku, rahmatku selalu siap membantumu.
Yesus Kristus. (Mrk 2:1-12)
Catatan Kecil
Mungkin kalian mengira kata-kataku, "Hai anakku, dosamu sudah diampuni!" mencerminkan pandanganku soal hukum karma seperti yang sering kalian dengar. Ingatlah, aku tidak mengatakan "Hai anakku, kamu lumpuh karena berdosa. Dengan diampuni kamu akan sembuh." Pada waktunya nanti aku akan mengatakan dengan jelas bahwa seseorang sakit bukanlah karena dosa. Bukan karena dosanya sendiri atau dosa orang tuanya. Allah Bapa, bukanlah penghukum yang kejam. Sebaliknya, dia penuh kasih. Baik orang suci maupun orang berdosa bisa sakit. Semua dipanggil Allah, entah sehat ataupun sakit, masuk dalam kerajaan bahagiaNya. Semoga kalian jangan salah paham.
SURAT YESUS
Hati yang Tulus
Sahabat dan muridku,
permohonan orang sakit kusta kepadaku adalah contoh permohonan yang tulus. Katanya, "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." Dia mengerti siapa aku dan kemampuan kuasaku. Tapi dia tidak memaksa aku.
Kadang kala kalian nampaknya kurang dewasa dibandingkan orang itu. Bukankah kalian sering menggunakan kata-kata seperti ini ketika memohon kepadaku: tunjukkan kekuasanMu ya Yesus, kabulkan atau sembuhkanlah aku ... ? Kini rasakan kalimat itu. Adakah hatimu tidak sedang menyembunyikan ancaman atau syarat kepadaku: awas kalau Engkau tidak mengabulkan permohonanku, gelarmu sebagai yang berkuasa mulai kuragukan. Sangat kekanak-kanakan bukan?
Aku senang orang yang tulus. Kukatakan: jadilah tulus seperti merpati. Mengapa? Hati yang tulus adalah hati yang beriman. Dia tidak mengutamakan pikiran, kehendak, perasaan atau keinginan pribadi melebihi kehendak Allah. Sebaliknya, dia membawa diri apa adanya dan membiarkan Allah sang penciptanya berkarya atas dirinya. Mau dijadikan merah terserah, mau diubah jadi putih silahkan. Katakan: kalau Engkau mau ... Hati yang tulus percaya: Allah mengetahui apa yang terbaik untuk hidupku.
Sahabat dan muridku, aku tahu kalian mempunyai banyak persoalan dalam hidup. Percayalah aku selalu mendukungmu. Sebelum kalian mohon, kalau kulihat penting untuk kebaikan, pasti aku penuhi. Yang penting tetaplah setia pada imanmu, jangan pergi dari rangkulan tanganku. Aku Yesus, penolong dan penebusmu, selalu tersedia untukmu. Mrk 1:40-49
Read More......
permohonan orang sakit kusta kepadaku adalah contoh permohonan yang tulus. Katanya, "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." Dia mengerti siapa aku dan kemampuan kuasaku. Tapi dia tidak memaksa aku.
Kadang kala kalian nampaknya kurang dewasa dibandingkan orang itu. Bukankah kalian sering menggunakan kata-kata seperti ini ketika memohon kepadaku: tunjukkan kekuasanMu ya Yesus, kabulkan atau sembuhkanlah aku ... ? Kini rasakan kalimat itu. Adakah hatimu tidak sedang menyembunyikan ancaman atau syarat kepadaku: awas kalau Engkau tidak mengabulkan permohonanku, gelarmu sebagai yang berkuasa mulai kuragukan. Sangat kekanak-kanakan bukan?
Aku senang orang yang tulus. Kukatakan: jadilah tulus seperti merpati. Mengapa? Hati yang tulus adalah hati yang beriman. Dia tidak mengutamakan pikiran, kehendak, perasaan atau keinginan pribadi melebihi kehendak Allah. Sebaliknya, dia membawa diri apa adanya dan membiarkan Allah sang penciptanya berkarya atas dirinya. Mau dijadikan merah terserah, mau diubah jadi putih silahkan. Katakan: kalau Engkau mau ... Hati yang tulus percaya: Allah mengetahui apa yang terbaik untuk hidupku.
Sahabat dan muridku, aku tahu kalian mempunyai banyak persoalan dalam hidup. Percayalah aku selalu mendukungmu. Sebelum kalian mohon, kalau kulihat penting untuk kebaikan, pasti aku penuhi. Yang penting tetaplah setia pada imanmu, jangan pergi dari rangkulan tanganku. Aku Yesus, penolong dan penebusmu, selalu tersedia untukmu. Mrk 1:40-49
Surat
Arti Sakit Tubuh
Sahabat dan muridku,
aku pergi ke rumah Simon dan Andreas. Di sana ibu mertua Simon sedang sakit demam. Kupegang tangannya, kuberikan kuasa cinta kasih Bapaku kepadanya. Sembuhlah dia.
Sahabat dan muridku,
aku pergi ke rumah Simon dan Andreas. Di sana ibu mertua Simon sedang sakit demam. Kupegang tangannya, kuberikan kuasa cinta kasih Bapaku kepadanya. Sembuhlah dia.
Penyembuhan orang-orang sakit adalah bagian dari mukjijat yang kukerjakan. Aku ingin menunjukkan bahwa karya keselamatan sungguh-sungguh sudah hadir di tengah manusia. Jadi yang kulakukan ini adalah bagian dari keseluruhan misi kehadiranku di tengah kalian.
Mungkin mengenai karya penyembuhanku ini kalian kadang salah paham. Ada beberapa orang yang memohon kesembuhan dari sakitnya, namun ternyata tidak sembuh juga. Karenanya kemudian menjadi marah, merasa tertipu seolah menyesal beriman kepada Tuhan yang tidak benar-benar peduli.
Sebelum kalian bersikap putus asa seperti itu, sebaiknya aku menjelaskan. Penyembuhan dari sakit tubuh itu penting, tetapi bukan segala-galanya. Kalau aku mau semua orang di dunia ini bisa kusembuhkan, lalu tidak ada lagi kesakitan. Tapi aku tidak melakukannya. Mengapa? Allah Bapa menciptakan kalian dan semesta alam dalam misteri rencanaNya yang agung. Bukankah kalau aku melenyapkan segala penyakit sama halnya dengan melawan hukum yang dirancang oleh Allah Bapaku? Kamu tahu, untuk itulah aku sendiri juga mengalami kesakitan dan kematian.
Sebaiknya kalian belajar melihat kenyataan ini sedikit lebih jauh. Kesakitan tubuh adalah tanda yang sangat jelas untuk mengingatkan bahwa kehidupan di dunia ini pasti akan berakhir. Kematian adalah bagian yang paling pertama dari kehidupan kalian. Hidup di dunia bukanlah segala-galanya. Berusaha untuk sembuh penting, karena itu bagian dari kasih setia kepada Bapa yang mempercayakan tubuh hidup kepadamu. Namun lebih penting lagi kemudian menyadari sesuatu yang melebihi kesehatan tubuhmu, yaitu kehidupan jiwamu. Begitulah semestinya kalian memandang sakitnya tubuh.
Kalau kebetulan saat ini sedang sakit, kalian harus kuat dan tegar. Sakitnya tubuh tidak boleh menghalangi kebahagiaanmu. Sebagaimana kamu tahu bahagia adalah karunia ilahi yang diberikan kepada siapapun. Bukan hanya kepada orang yang sehat.
Aku selalu mengasihi kalian.
Langganan:
Postingan (Atom)