Surat Yesus

Beriman Bukan Sekedar Menonton

Sahabat dan muridku,
Ketika sedang mengajar di sebuah rumah di Kapernaum, aku dibuat kaget. Waktu itu rumah penuh sesak oleh orang-orang yang tertarik pada pewartaanku. Tiba-tiba dari atap rumah diturunkan seorang lumpuh. Rupa-rupanya mereka tidak berhasil menerobos kerumunan orang yang tidak rela posisinya digeser orang lain (ketika sudah menyangkut kepentingan pribadi, bukankah ketidakpedulian semacam itu sering terjadi, termasuk kalian mungkin).

Aku tergerak oleh kerelaan orang-orang yang menggotong dan membawa orang lumpuh itu melewati atap rumah sampai ke hadapanku. Mereka orang-orang yang gigih, dan jelas penuh percaya kepadaku. Memandang mereka itu, aku melakukan karya mukjijat.

Sahabat dan muridku, aku bukan dukun atau tabib. Akulah Yesus, sang anak manusia, yang datang untuk mewartakan dan mewujudkan Kerajaan Allah. Karya penyembuhanku bukanlah pamer kuasa, tetapi tanda. Melalui penyembuhan aku sekaligus harus mewartakan sesuatu. Itulah yang kukerjakan di rumah itu.
Dengan mudah seperti kulakukan kemudian aku dapat saja langsung berkata: angkat tilammu dan berjalanlah. Orang pasti akan langsung bertepuk tangan atau bertambah kagum kepadaku. Tapi, mungkin tidak mendapat pengajaran apa-apa. Aku tambah tenar tapi yang harus kuwartakan tidak sampai ke telinga mereka.

Tentu, yang kulakukan mengejutkan mereka. Aku tidak langsung menyembuhkan orang itu. Aku malah berkata, "Hai anakku, dosamu sudah diampuni!" Para ahli taurat berpikir aku menghujat Allah, karena menurut mereka manusia tidak punya hak untuk mengampuni dosa.

Aku tidak peduli orang-orang yang menunggu aku mengulurkan tangan untuk segera menyembuhkan, karena mereka hanya senang menonton pertunjukkan tabib ajaib. Aku juga tidak takut dicap sebagai penghujat. Yang penting, kebenaran harus segera diwartakan. Orang-orang harus tahu bahwa di tengah-tengah mereka hadir Sang Anak Manusia yang berkuasa mengampuni dosa. Mereka tidak boleh lagi hanya menjadi penonton karya agung Allah, tetapi harus mulai memutuskan terlibat di dalamnya. Itulah proses beriman: berani memilih untuk memihak pada kehendak Allah.

Aku harap jelas bagi kalian apa yang kulakukan dan kukatakan pada peristiwa itu. Memang, menjadi penonton enak dan gampang. Tapi ingatlah, Bapa memanggil kalian untuk menjadi anak-anaknya, bukan tetangga atau orang yang sekedar lewat. Coba kalian teliti lagi hidup beriman kalian: lebih cenderung menyerupai orang-orang yang berkerumun di rumah itu, para pengusung tilam si lumpuh, para ahli taurat, atau seperti yang kuharapkan.
Sahabat dan muridku, rahmatku selalu siap membantumu.
Yesus Kristus. (Mrk 2:1-12)

Catatan Kecil
Mungkin kalian mengira kata-kataku, "Hai anakku, dosamu sudah diampuni!" mencerminkan pandanganku soal hukum karma seperti yang sering kalian dengar. Ingatlah, aku tidak mengatakan "Hai anakku, kamu lumpuh karena berdosa. Dengan diampuni kamu akan sembuh." Pada waktunya nanti aku akan mengatakan dengan jelas bahwa seseorang sakit bukanlah karena dosa. Bukan karena dosanya sendiri atau dosa orang tuanya. Allah Bapa, bukanlah penghukum yang kejam. Sebaliknya, dia penuh kasih. Baik orang suci maupun orang berdosa bisa sakit. Semua dipanggil Allah, entah sehat ataupun sakit, masuk dalam kerajaan bahagiaNya. Semoga kalian jangan salah paham.

Beriman Bukan Sekedar Menonton

Sahabat dan muridku,
Ketika sedang mengajar di sebuah rumah di Kapernaum, aku dibuat kaget. Waktu itu rumah penuh sesak oleh orang-orang yang tertarik pada pewartaanku. Tiba-tiba dari atap rumah diturunkan seorang lumpuh. Rupa-rupanya mereka tidak berhasil menerobos kerumunan orang yang tidak rela posisinya digeser orang lain (ketika sudah menyangkut kepentingan pribadi, bukankah ketidakpedulian semacam itu sering terjadi, termasuk kalian mungkin).

Aku tergerak oleh kerelaan orang-orang yang menggotong dan membawa orang lumpuh itu melewati atap rumah sampai ke hadapanku. Mereka orang-orang yang gigih, dan jelas penuh percaya kepadaku. Memandang mereka itu, aku melakukan karya mukjijat.

Sahabat dan muridku, aku bukan dukun atau tabib. Akulah Yesus, sang anak manusia, yang datang untuk mewartakan dan mewujudkan Kerajaan Allah. Karya penyembuhanku bukanlah pamer kuasa, tetapi tanda. Melalui penyembuhan aku sekaligus harus mewartakan sesuatu. Itulah yang kukerjakan di rumah itu.
Dengan mudah seperti kulakukan kemudian aku dapat saja langsung berkata: angkat tilammu dan berjalanlah. Orang pasti akan langsung bertepuk tangan atau bertambah kagum kepadaku. Tapi, mungkin tidak mendapat pengajaran apa-apa. Aku tambah tenar tapi yang harus kuwartakan tidak sampai ke telinga mereka.

Tentu, yang kulakukan mengejutkan mereka. Aku tidak langsung menyembuhkan orang itu. Aku malah berkata, "Hai anakku, dosamu sudah diampuni!" Para ahli taurat berpikir aku menghujat Allah, karena menurut mereka manusia tidak punya hak untuk mengampuni dosa.

Aku tidak peduli orang-orang yang menunggu aku mengulurkan tangan untuk segera menyembuhkan, karena mereka hanya senang menonton pertunjukkan tabib ajaib. Aku juga tidak takut dicap sebagai penghujat. Yang penting, kebenaran harus segera diwartakan. Orang-orang harus tahu bahwa di tengah-tengah mereka hadir Sang Anak Manusia yang berkuasa mengampuni dosa. Mereka tidak boleh lagi hanya menjadi penonton karya agung Allah, tetapi harus mulai memutuskan terlibat di dalamnya. Itulah proses beriman: berani memilih untuk memihak pada kehendak Allah.

Aku harap jelas bagi kalian apa yang kulakukan dan kukatakan pada peristiwa itu. Memang, menjadi penonton enak dan gampang. Tapi ingatlah, Bapa memanggil kalian untuk menjadi anak-anaknya, bukan tetangga atau orang yang sekedar lewat. Coba kalian teliti lagi hidup beriman kalian: lebih cenderung menyerupai orang-orang yang berkerumun di rumah itu, para pengusung tilam si lumpuh, para ahli taurat, atau seperti yang kuharapkan.
Sahabat dan muridku, rahmatku selalu siap membantumu.
Yesus Kristus. (Mrk 2:1-12)

Catatan Kecil
Mungkin kalian mengira kata-kataku, "Hai anakku, dosamu sudah diampuni!" mencerminkan pandanganku soal hukum karma seperti yang sering kalian dengar. Ingatlah, aku tidak mengatakan "Hai anakku, kamu lumpuh karena berdosa. Dengan diampuni kamu akan sembuh." Pada waktunya nanti aku akan mengatakan dengan jelas bahwa seseorang sakit bukanlah karena dosa. Bukan karena dosanya sendiri atau dosa orang tuanya. Allah Bapa, bukanlah penghukum yang kejam. Sebaliknya, dia penuh kasih. Baik orang suci maupun orang berdosa bisa sakit. Semua dipanggil Allah, entah sehat ataupun sakit, masuk dalam kerajaan bahagiaNya. Semoga kalian jangan salah paham.

Read More......

Tidak ada komentar: