SURAT YESUS

Menolong yang Berdosa
Para sahabat dan muridku,
Saya dengar di Jawa ada peribahasa: aja cedhak-cedhak kebo gupak. Dalam bahasa Indonesia: jangan terlalu dekat dengan kerbau berlumpur! Peribahasa ini telah diajarkan secara turun temurun untuk memberi nasehat agar berhati-hati dalam memilih lingkungan atau teman bergaul. Pengalaman memang seringkali menegaskan kebenaran peribahasa ini. Bergaul dengan lingkungan pecandu, akhirnya tertular menjadi pecandu. Mengakrabi maling akhirnya ikut jadi pencuri. Mungkin ada teman, kenalan atau saudara kalian sendiri yang terjerumus seperti itu.

Aku bisa mengerti kritik kaum Farisi dan ahli Taurat kepadaku. Aku makan di rumah Lewi, sang pemungut cukai. Otomatis yang bersamaku adalah pemungut cukai, keluarga dan teman-temannya. Para pemungut cukai memang pendosa, begitu juga kroni-kroni mereka. Kalian tahu, mereka adalah antek penjajah Romawi yang memeras pajak dari bangsanya sendiri. Sebaliknya kaum Farisi dan ahli Taurat adalah golongan agamawan, yang sebagaimana sepanjang segala jaman otomatis menganggap diri bersih dan suci. Dalam pemikiran mereka, bergaul dengan pendosa akan mengotori kesucian diri. Mereka penganut filosofi: aja cedhak-cedhak kebo gupak juga.

Di lain pihak, kritik itu mengandung pengakuan tentang siapa diriku. Setidaknya mereka tidak memasukkan aku ke golongan kaum pendosa. Walau mereka mungkin tidak setuju dengan pengajaranku, mereka tetap menganggapku orang yang benar, seperti diri mereka sendiri. Ingatlah, itulah sisi lain dari kritik yaitu pengakuan (jadi, jangan terlalu rendah diri kalau kamu pada suatu saat menerima kritik).

Keuntungan lainnya dari kritik adalah penegasan langkahku sendiri. Kritik kaum Farisi dan ahli Taurat menegaskan bahwa aku memihak yang lemah. Kehadiranku memang untuk "memanggil orang yang berdosa". Kalian tahu, aku diutus datang ke dunia untuk menjadi juru selamat. Orang-orang yang berdosa inilah yang paling memerlukan kehadiranku. Inilah sikap Bapa juga: selalu menanti dan menyambut anak-anaknya yang hilang.

Bayangkan apa yang terjadi bila aku membatasi diri hanya datang kepada orang yang benar dan saleh. Bagaimana nasib para pendosa yang lemah itu? Siapakah yang akan menjadi penolong bagi mereka?

Yang aku minta dari kalian tidaklah banyak kalau mau mengikuti aku. Jangan berpikir aku memintamu menemui atau menggauli semua orang berdosa, untuk mempertobatkan mereka. Aku sendiri tidak bergaul dan menyelamatkan semua pendosa di lingkunganku waktu itu. Banyak yang lain tidak pernah bertemu denganku. Kita ini manusia terbatas, yang hidup dalam lingkungan terbatas juga. Lakukan yang kamu mampu di lingkunganmu dahulu. Bergaullah dengan semua orang di dekatmu. Jangan menutup diri sebagaimana orang egois yang hanya mau cari aman saja. Apa artinya hidupmu, bila hanya terus bersembunyi dan tidak melakukan apa-apa?

Bergaul dengan mereka yang berdosa memang beresiko. Tapi, itulah satu-satunya cara untuk menjadikan diri kita penolong bagi mereka. Kehadiran kita lah yang akan menjadi sumber kekuatan atau inspirasi bagi perbaikan hidup mereka.

Kalian jangan takut. Selama bersama aku dan berniat melakukan karyaku, kalian tidak akan terjerumus dalam jerat dosa mereka. Hidup luarmu mungkin akan jadi kotor, seperti tersenggol kerbau berlepotan lumpur. Tapi hidup jiwa dan batinmu akan tetap bersih. Roh kudusku akan melindungimu. Api sucinya akan membakar setiap kotoran di tubuhmu, sehingga kamu tetap bersih dan sehat.

Saat ini, aku tahu, di lingkunganmu sendiri ada satu dua orang yang sedang hidup dalam kesulitan dosa. Marilah bersamaku, pergi kepada mereka. Jeritan pedih jiwa mereka sangat menyayat hati. Bukankah kalian mendengarnya juga? Salam dariku Yesus (Berdasar Mrk 2:13-17)

Menolong yang Berdosa
Para sahabat dan muridku,
Saya dengar di Jawa ada peribahasa: aja cedhak-cedhak kebo gupak. Dalam bahasa Indonesia: jangan terlalu dekat dengan kerbau berlumpur! Peribahasa ini telah diajarkan secara turun temurun untuk memberi nasehat agar berhati-hati dalam memilih lingkungan atau teman bergaul. Pengalaman memang seringkali menegaskan kebenaran peribahasa ini. Bergaul dengan lingkungan pecandu, akhirnya tertular menjadi pecandu. Mengakrabi maling akhirnya ikut jadi pencuri. Mungkin ada teman, kenalan atau saudara kalian sendiri yang terjerumus seperti itu.

Aku bisa mengerti kritik kaum Farisi dan ahli Taurat kepadaku. Aku makan di rumah Lewi, sang pemungut cukai. Otomatis yang bersamaku adalah pemungut cukai, keluarga dan teman-temannya. Para pemungut cukai memang pendosa, begitu juga kroni-kroni mereka. Kalian tahu, mereka adalah antek penjajah Romawi yang memeras pajak dari bangsanya sendiri. Sebaliknya kaum Farisi dan ahli Taurat adalah golongan agamawan, yang sebagaimana sepanjang segala jaman otomatis menganggap diri bersih dan suci. Dalam pemikiran mereka, bergaul dengan pendosa akan mengotori kesucian diri. Mereka penganut filosofi: aja cedhak-cedhak kebo gupak juga.

Di lain pihak, kritik itu mengandung pengakuan tentang siapa diriku. Setidaknya mereka tidak memasukkan aku ke golongan kaum pendosa. Walau mereka mungkin tidak setuju dengan pengajaranku, mereka tetap menganggapku orang yang benar, seperti diri mereka sendiri. Ingatlah, itulah sisi lain dari kritik yaitu pengakuan (jadi, jangan terlalu rendah diri kalau kamu pada suatu saat menerima kritik).

Keuntungan lainnya dari kritik adalah penegasan langkahku sendiri. Kritik kaum Farisi dan ahli Taurat menegaskan bahwa aku memihak yang lemah. Kehadiranku memang untuk "memanggil orang yang berdosa". Kalian tahu, aku diutus datang ke dunia untuk menjadi juru selamat. Orang-orang yang berdosa inilah yang paling memerlukan kehadiranku. Inilah sikap Bapa juga: selalu menanti dan menyambut anak-anaknya yang hilang.

Bayangkan apa yang terjadi bila aku membatasi diri hanya datang kepada orang yang benar dan saleh. Bagaimana nasib para pendosa yang lemah itu? Siapakah yang akan menjadi penolong bagi mereka?

Yang aku minta dari kalian tidaklah banyak kalau mau mengikuti aku. Jangan berpikir aku memintamu menemui atau menggauli semua orang berdosa, untuk mempertobatkan mereka. Aku sendiri tidak bergaul dan menyelamatkan semua pendosa di lingkunganku waktu itu. Banyak yang lain tidak pernah bertemu denganku. Kita ini manusia terbatas, yang hidup dalam lingkungan terbatas juga. Lakukan yang kamu mampu di lingkunganmu dahulu. Bergaullah dengan semua orang di dekatmu. Jangan menutup diri sebagaimana orang egois yang hanya mau cari aman saja. Apa artinya hidupmu, bila hanya terus bersembunyi dan tidak melakukan apa-apa?

Bergaul dengan mereka yang berdosa memang beresiko. Tapi, itulah satu-satunya cara untuk menjadikan diri kita penolong bagi mereka. Kehadiran kita lah yang akan menjadi sumber kekuatan atau inspirasi bagi perbaikan hidup mereka.

Kalian jangan takut. Selama bersama aku dan berniat melakukan karyaku, kalian tidak akan terjerumus dalam jerat dosa mereka. Hidup luarmu mungkin akan jadi kotor, seperti tersenggol kerbau berlepotan lumpur. Tapi hidup jiwa dan batinmu akan tetap bersih. Roh kudusku akan melindungimu. Api sucinya akan membakar setiap kotoran di tubuhmu, sehingga kamu tetap bersih dan sehat.

Saat ini, aku tahu, di lingkunganmu sendiri ada satu dua orang yang sedang hidup dalam kesulitan dosa. Marilah bersamaku, pergi kepada mereka. Jeritan pedih jiwa mereka sangat menyayat hati. Bukankah kalian mendengarnya juga? Salam dariku Yesus (Berdasar Mrk 2:13-17)

Read More......

Tidak ada komentar: